MATERI PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi
Dosen pengampu: Dr. Musthofa, M. Ag
Disusun oleh:
Iis
Maghfiroh : 103111115
Ircham
Mashadi : 103111118
Malikhah : 103111123
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2011
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MATERI PENDIDIKAN
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan suatu negara. Untuk menghasilkan output yang
berkualitas, tentunya sistem pendidikan yang ada harus terkonsep dengan baik
dan matang.
Pendidikan
sebagai disiplin ilmu, memiliki lima komponen ilmu yang membentuk pendidikan
itu, yaitu kurikulum, konseling, administrasi, pengajaran, dan penilaian.
Dengan kata
lain bahwa pendidikan sendiri masih terdiri dari berbagai komponen ilmu, yang
juga masing-masing berasal dari cabang ilmu-ilmu yang lain.
Dengan
demikian, proses pendidikan membutuhkan adanya konsep, berupa materi
pembelajaran sebagai acuan dalam proses pembelajaran. Untuk itu dalam makalah
ini, kami akan membahas terkait materi pembelajaran dengan menafsirkan
ayat-ayat yang berkaitan dengan hal tersebut.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana tafsir Q.S al-A’raf ayat 204
terkait Materi Pendidikan?
B. Bagaimana tafsir Q.S al- Fath ayat 2
terkait Materi Pendidikan?
C. Bagaimana tafsir Q.S Shad ayat 29 terkait
Materi Pendidikan?
III.
PEMBAHASAN
A. Tafsir surat Q.S al-A’raf ayat 204 terkait
Materi Pendidikan
واذ قرئ القران فا
ستمعو اله وا تصتو العلكم تر حمن
Artinya:
“Dan apabila dibacakan
Al-Qur’an, maka dengarkanlah ia dengan tekun, dan perhatikan dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat”.[1]
الا ستما ع : Bersifat lebih khusus
daripada As-sam’u karena Al-Isma’ (mendengarkan) dilakukan dengan niat dengan
sengaja, yakni dengan mengarahkan indera pendengaran kepada pembicaraan untuk
memahaminya. Sedangkan As-sam’u (mendengar) bisa terjadi secara sengaja.
الا نصا ت : Diam untuk mendengarkan, sehingga tidak ada gangguan untuk
merekam segala yang dibacakan oleh para pakar bahasa dalam arti mendengarkan
sambil tidak berbicara, karena itu ayat ini diterjemahkan dengan perhatikan
dengan tenang. Perintah ini setelah sebelumnya ada perintah dengarkan ia
dengan tekun, menunjukkan bahwa mendengarkan dan memperhatikan Al-Qur’an
merupakan sesuatu yang sangat penting. Namun demikian, memahami perintah
tersebut bukan berarti mengharuskan setiap yang mendengar ayat Al-Qur’an harus
benar-benar tekun mendengarnya, jika demikian maksudnya tentu anda harus
meninggalkan setiap aktifitas bila ada yang membaca Al-Qur’an. Sebab, tidak
mungkin anda dapat tekun mendengarkan dan memperhatikan jika perhatian anda
tertuju kepada aktifitas lain.[2]
Dari tafsiran diatas dapat kita analisis, bahwa dalam suatu proses
pembelajaran kita harus fokus terhadap apa yang akan kita pelajari. Oleh karena
itu, dalam proses pembelajaran harus ada materi yang disiapkan untuk dikaji.
Materi pembelajaran harus disusun dalam pokok-pokok bahasan dan sub-sub
pokok bahasan, yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan
tujuan pembelajaran. Pokok-pokok pembelajaran dan sub-sub pokok bahasan
tersebut hams jelas skope (ruang lingkup dan batasan-batasan keluasan setiap
pokok dan sub pokok bahasan).[3]
Kemudian ayat ini bagian dari apa yang diperintahkan kepada Nabi SAW
untuk beliau sampaikan karena itu ia dimulai dengan kata dan, yakni dan
sampaikan juga bahwa apabila dibacakan Al-Qur’an maka dengarkan ia dengan tekun
bersungguh-sungguh, dan perhatikanlah dengan tenang tuntutan-tuntutannya
agar kamu mendapat rahmat dan barang siapa mendengarkan dan diam, maka
dialah yang lebih kuat untuk dapat memahami dan memikirkannya. Dan orang yang
seperti itulah yang paling patut diberi rahmat.
B. Tafsir surat Q.S al-Fath ayat 2 terkait
Materi Pendidikan
Tafsir Surat al- Fath ayat 2
لِيَغْفِرَ لَكَ
اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ
عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
Artinya:
“Supaya Allah memberi ampunan
kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan
nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus.” (QS. Al Fath : 2)”.[4]
Surat yang
mulia ini turun ketika Nabi SAW Pulang dari Hudaibiyah pada bulan Dzulqa’dah 6 H. Yaitu ketika beliau dihalangi oleh
orang-orang musyrik sehingga tidak sampai ke Masjidil Haram dan dihalangi dari
menunaikan umrah. Kemudian mereka cenderung mengadakan perdamaian dan agar pada
tahun itu nabi kembali saja, kemudian boleh datang lagi pada tahun depan.[5]
Maka, Rasulullah memenuhi permintaan mereka, meski ada juga sebagian Sahabat
yang tidak menyukainya.
Ketika
Rasulullah menyembelih binatang kurban di tempat dimana beliau tertahan, Allah pun menurunkan surat ini menyangkut
hal ihwal beliau dan para sahabat. Dan Allah menjadikan perdamaian ini sebagai
pembukaan (kemenangan).
Kemudian,
ada seorang Sahabat Rasulullah bertanya: “Apakah itu merupakan kemenangan, ya
Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Benar sekali. Demi Rabb yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, ini benar-benar kemenangan.”[6]
Kemenangan yang dimaksud disini adalah pemberian ampunan atas dosa-dosa yang telah
berlalu maupun yang akan datang yang diberikan kepada Rasulullah atas kesabaran
dan usaha beliau dalam menyebarkan dan memperjuangkan agama Islam sehingga
banyak orang yang masuk Islam, beriman, berjihad dan menyembah kepada Allah.[7]
Dengan
kemenangan ini, Allah SWT menyempurnakan nikmat-nikmat yang lain salah satunya
dengan memenangkan agama Islam dari orang-orang kafir dan menghinakan
musuh-musuh Rasulullah serta menunjukkan jalan yang lurus untuk meraih ridho-Nya.
Hal ini memberikan pelajaran
kepada kita untuk mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Begitu pula dalam
proses pendidikan, sebuah pendidikan akan menghasilkan output yang berkualitas
jika didukung oleh kurikulum pendidikan yang benar dan terarah.
Setiap kegiatan ilmiah memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang
dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian pula dalam pendidikan,
diperlukan adanya program yang terencana dan dapat menghantar proses pendidikan
sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian dalam
pendidikan lebih dikenal dengan istilah “kurikulum pendidikan”.[8]
Tujuan dan sasaran pendidikan tidak mungkin akan tercapai kecuali materi
pendidikan yang tertuang pada kurikulum lembaga pendidikan terseleksi secara
baik dan tepat. Istilah “materi” pendidikan berarti mengorganisir bidang ilmu
pengetahuan yang membentuk basis aktivitas lembaga pendidikan, bidang-bidang
ilmu pengetahuan ini satu dengan lainnya dipisah-pisah namun merupakan satu
kesatuan utuh terpadu. Materi pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan
sebaliknya tujuan mengarah kepada suatu materi, oleh karenanya materi
pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuannya.[9]
C. Tafsir surat Q.S Shad ayat 29 terkait
Materi Pendidikan
كتب انز لنه اليك
مبرك ليد برواا يته وليتذ كراولواالا لبا ب
Artinya:
“Sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu, penuh berkah, supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan
supaya orang-orang yang mempunyai pikiran yang cerah mendapat pelajaran.”[10]
Penjelasan tentang
hakikat diatas diuraikan Allah melalui para nabi dan kitab-kitab-Nya antara
lain yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu, ayat diatas
menegaskan bahwa: Al-Qur’an yang engkau sampaikan, wahai Nabi Muhammad, adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu. Ia penuh berkah supaya mereka
yakni umat manusia seluruhnya, khususnya yang tidak percaya memerhatikan
ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran yang cerah mendapat
pelajaran.
Kata (الا لبا ب) al-albab adalah
bentuk jamak dari (لب) lubb, yaitu sari
pati sesuatu. Kacang misalnya memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi
kacang dinamai lubb. Ulul Albab adalah orang-orang yang memiliki akal
yang murni yang tidak diselebungi oleh “kulit”, yakni kabut ide yang dapat
melahirkan kerancuan dalam berpikir. Yang merenungkan ayat-ayat Allah dan
melaksanakannya diharapkan dapat terhindar dari siksa, sedang yang menolaknya
pasti ada kerancuan dalam cara berpikirnya.
Kata (مبا ر ك) terambil
dari kata (بر كة) yang bermakna sesuatu
yang mantap juga berarti kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam dan
bersinambung kolam dinamai birkah karena air yang ditampung dalam
kolam itu menetap mantab didalamnya, tidak tercecer kemana-mana. Keberkahan
Ilahi datang dari arah yang sering kali tidak diduga atau dirasakan secara
material dan tidak pula dapat dibatasi atau diukur. Dan dari sini, segala
penambahan yang tidak terukur oleh indera dinamai berkah. Demikian
ar-Raghib al-Asfahani. [11]
Tafsir surat diatas, menggambarkan arti pentingnya konsep pembelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Ketika dalam proses permbelajaran terkonsep
dengan baik, maka materi yang disampaikan akan mudah untuk dipahami. Sebab,
pembahasan materi yang disampaikan tidak melebar kemana-mana.
Dalam mengajarkan materi pembelajaran, seorang guru juga harus melihat
tujuan dari pengajaran. Tujuan dari pembelajaran tersebut juga harus mengacu
pada kurikulum yang telah ada. Kurikulum merupakan semua pelajaran baik teori
maupun praktek yang diberikan kepada peserta didik selama mengikuti suatu
proses pendidikan. Kurikulum dalam pengertian ini terbatas pada pemberian bekal
pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa untuk kepentingan mereka melanjutkan
pelajaran maupun terjun ke dunia kerja.[12]
Materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik adalah
1.
Pendidikan ketauhidan, artinya anak harus
dibimbing agar bertuhan kepada Allah SWT.
2.
Pendidikan akhlak, maksudnya anak didik tersebut
harus memiliki akhlak terpuji, baik kepada Allah atau kepada ciptaan-ciptaan-Nya.
3.
Pendidikan amar ma’ruf nahi mungkar, jadi anak
didik harus bersifat konstruktif bagi perbaikan kehidupan masyarakat.
4.
Pendidikan kesabaran, artinya harus diupayakan
agar anak didik memiliki kesabaran dan keuletan dalam setiap aktifitasnya.
Namun hal tersebut cenderung berorientasi terhadap kehidupan akhirat
saja, agar materi pendidikan tersebut relevan terhadap perkembangan zaman, maka
ada 6 komponen kurikulum yang berorientasi pada masa depan, yaitu memiliki
akses informasi, mampu berpikir kritis, mampu berkomunikasi efektif, memahami
lingkungan manusia, memahami individu dan masyarakat, serta meningkatkan
kompetensi pengetahuan, pendidikan, bertanggung jawab, dan peduli terhadap
kesejahteraan sosial.[13]
IV.
KESIMPULAN
1. Dalam sebuah pembelajaran, kita harus fokus
terhadap apa yang kita kaji. Oleh karena itu materi yang akan dipelajari, harus
disesuaikan dengan disiplin ilmu yang dikaji.
2. Dengan adanya konsep yang matang dalam
melaksanakan proses pendidikan, maka tujuan pendidikan yang kita harapkan akan
tercapai.
3. Dalam mengajarkan materi pembelajaran,
seorang guru juga harus melihat tujuan dari pengajaran. Tujuan dari
pembelajaran tersebut juga harus mengacu pada kurikulum yang telah
ada.
V.
PENUTUP
Demikian
makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami
menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dari makalah yang kami buat. Untuk
itu, kritik dan saran sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2005. Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir
Al-Maraghi, cet. II. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Arikunto, Suharsimi. 2009. Managemen
Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia
RI, Departemen Agama. 1989. Al-Qur’an
dan Terjemahan. Semarang: Toha Putra
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-
Misbah, Vol. 12. Jakarta: Lentera Hati
------------------------. 2002. Tafsir Al- Misbah, Vol. 4.
Jakarta: Lentera Hati
Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin
Abdurrahman Alu. 2008. Tafsir Ibnu Katsir.
terj. M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i
Tantowi, Ahmad. 2009. Pendidikan Islam
di Era Transformasi Global. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
[1] Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahan, Q.S al-A’raf
ayat 204, (Semarang: Toha Putra, 1989)
[2] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Maraghi, Vol. 4, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.
438-439
[3] Ramayulis, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 147
[5] Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, cet. II, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1993), hlm. 139
[6] Abdullah bin
Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, terj. M. Abdul
Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i, 2008), hlm. 34
[7] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al- Misbah, Vol. 12, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.
507
[8] Abdul Mujib, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm. 121
[9] Abdurrahman
Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 159
[10] Departemen Agama RI. Op. Cit, Q.S Shad
ayat 29
[11] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al- Misbah, Vol. 12, (Jakarta: Lentera Abadi, 2002), hlm.
[12] Suharsimi
Arikunto, Managemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2009), hlm.
131
[13] Ahmad Tantowi,
Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2009), hlm. 27-28
thanks for your help, I cofy little he ...
BalasHapus