SEBAB-SEBAB ISLAM CEPAT BERKEMBANG
DI INDONESIA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Sejarah Islam di Indonesia
Dosen
Pengampu: MAFTUKHAH, M.SI.
Disusun oleh:
Tarqiyah Ulfa (103111101)
Maria Ulfa (103111124)
Nafiul Huda (103111129)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
SEBAB-SEBAB ISLAM CEPAT BERKEMBANG
DI INDONESIA
I.
PENDAHULUAN
Lahirnya
agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M, menimbulkan
suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia.
Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Datangnya agama Islam ke Nusantara
ternyata tidak hanya menimbulkan perubahan pada kehidupan keagamaan penduduk di
kepulauan ini, dari beragama tradisional
kepada beragama Islam, tetapi juga menyebabkan timbulnya perubahan
pelbagai pranata kehidupan social politik. Sebelum datangnya
Islam, nusantara telah terdapat lembaga pemerintahan yang pada umumnya dikuasai
oleh raja-raja Hindu-Budha.
Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia.
Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa Saja yang Menyebabkan Islam Cepat Berkembang di
Indonesia?
B. Jalur Apa Saja yang Digunakan oleh Para Tokoh Penyebar
Agama Islam di Indonesia?
III.
PEMBAHSAN
A. Sebab-sebab Agama Islam Cepat Berkembang di Indonesia
Sekitar permulaan abad XV, Islam telah
memperkuat kedudukannya di Malaka, pusat rute perdagangan Asia Tenggara yang
kemudian melebarkan sayapnya ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Pada
permulaan abad tersebut, Islam sudah bisa menjejakkan kakinya ke Maluku, dan
yang terpenting ke beberapa kota perdagangan di pesisir utara pulau Jawa yang
selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama yakni permulaan abad XVII dengan masuk
Islamnya penguasa kerajaan Mataram yaitu
Sultan Agung, kemenangan agama tersebut hampir meliputi sebagian besar wilayah
Indonesia. Berbeda dengan masuknya Islam ke negara-negara di bagian dunia lainnya
yakni dengan kekuatan militer, masuknya Islam ke Indonesia itu dengan cara
damai disertai dengan jiwa toleran dan saling menghargai antara penyebar dan
pemeluk agama baru dengan penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha).[1]
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat
berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis
sejarah Islam dari Timur Tengah, menyatakan bahwa ada tiga factor yang
menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah islam itu sendiri dan
dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan
meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan
seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu. Masyarakat yang
diyakinkan bahwa dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak
ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga
sama didalam hukum, tidak ada yang diistemewakan meskipun ia keturunan
bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara,
bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga
toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang di kenal dunia dewasa ini.
Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan
Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno
Indonesia, yang cenderung menghargai pada pandangan dunia mistik. Seperti
kepercayaan pada tiga dewa, yaitu dewa kecantikan, kemahiran, dan kesenian,
yang diwariskan Hindu yang dasarnya menganut animisme.
2. Faktor Politik
Faktor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam
negeri antara negara-negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serat oleh
pertarungan negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama
Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di
negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang
mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu. Hal
itu dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman
dibangkitkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatra, Jawa maupun
kepulauan Indonesia lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat
keislaman itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan kekuatan yang
dahsyat.
3. Faktor Ekonomi
Factor ekonomis yang pertama diperankan oleh para
pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri,
maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India, dan Teluk Arab/Parsi
yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikaan keuntungan yang
tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi
pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang
masuk maupun yang keluar. Ternyata orang-orang yang terlibat dalam perdagangan
itu bukan hanya para pedagang, tetapi dianatara mereka terdapat para penguasa
negara-negara bagian, pejabat negara dan kaum bangsawan. Karena perdagangan
melalui lautan Indonesia dan India hampir seluruhnya dikuasai pedagang arab,
maka para pedagang Indonesia yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu,
yang bertindak sebagai ageb-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan
sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan
dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka. [2]
Dalam waktu yang relative cepat, ternyata agama Islam
dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia,
mulai dari rakyat jelata hingga kaum bangsawan.
Ada beberapa factor yang menyebabkan agama Islam dapat
berkembang cepat di Indonesia. Di antaranya sebagai berikut:
1. Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah.
Seseorang hanya butuh mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara resmi
menganut agama Islam.
2. Agama Islam tidak mengenal system pembagian masyarakat
berdasarkan kasta. Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya berbedaan
golongan dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakta mempunyai kedudukan yang
sama sebagai hamba Allah SWT.
3. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang
relative damai (tanpa melalui kekerasan).
4. Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah member peluang
untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu
kemudian terjadi saling mempengaruhi dan saling pengertian.
5. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.[3]
Faktor-faktor
di atas didukung pula dengan semangat para penganut Islam untuk terus menyebarkan
agama yang telah dianutnya, karena bagi penganut agama Islam, menyebarkan agama
Islam adalah merupakan sebuah kewajiban.
Dalam bukunya Musyrifah Sunanto menyebutkan konversi
massal masyarakat Nusantara kepada Islam terjadi karena beberapa sebab sebagai
berikut:
1. Portabilitas (siap pakai) system keimanan Islam.
Sebelum Islam datang, system kepercayaan local berpusat pada penyembanhan arwah
nenek moyang yang tidak portable (siap pakai dimanapun dan berlaku
kapanpun). Begitu system kepercayaan local seperti ini jauh dari lanskap atau
lingkungan, ketika itulah mereka lepas dari perlindungan yang kontinyu yang konstan dari arwah yang mereka puja,mereka harus berada tidak
terlalu jauh atau terlalau dekat dari arwah nenek moyang mereka.
2. Asosiasi Islam dengan kekayaan. Ketika penduduk
pribumi nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di
pelabuhan, mereka adalah pedagang kaya. Karena kekayaan dan kekuatan
ekonominya, mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang politik.
3. Kejayaan militer. Orang muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan.
Majapahit dipercaya telah dikalahkan para pejuang muslim yang tidak bisa di
tundukan secara megic. Penduduk setempat percaya bahwa mereka yang perkasa dan
tangguh itu karena memiliki kekuatan-kekuatan adikodrati.
4. Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan
tulisan keberbagai ke wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar belum mengenal
tulisan.
5. Kepandaian dalam penyembuhan.
6. Pengajaran tentang moral.[4]
Salah satu factor penting yang menjadi daya tarik begi
terjadinya konversi massal kepada Islam adalah tentang introduksi kebudayaan
peradaban literasi yang relative universal bagi penduduk Indo-Melayu. Factor
ini telah sering dikemukakan banyak ahli, khususnya al-Attas. Bahkan Al-Attas
dengan terlalu bersemangat menyimpulkan bahwa pengenalan kebudayaan peradaban
literasi ini telah memunculkan semanagat
rasionalisme dan intelektualisme bukan saja dikalangan keraton atau istana,
tetapi juga dikalangan rakyat jelata.
Penyebaran Islam yang begitu massif di Indo-Melayu
pada masa-masa ini, tidak hanya berkaitan dengan para pedagang atau lebih
tepatnya dengan apa yang disebut Reid
sebagai “repaid commercialization” kawasan Asia Tenggara. Berbarengan dengan
itu, penting pula dicatat kehadiran para
guru sufi pengembara yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk
menyebarkan Islam. Berbeda dengan para pedagang atau dunia perdagangan pada umumnya yang berpusat di wilayah-wilayah pesisir yang terbuka dan
kosmopolitan itu, guru-guru sufi pengembara ini merambah daerah-daerah pedalaman
yang tertutup, yang lebih di kuasai budaya agraris dan pandangan kosmopolitannya
yang khas. [5]
Melalui sebab-sebab itulah Islam cepat berkembang dan
mendapat pengikut yang banyak, meskipun ada perbedaan dalam mengungkapkan
bagaimana Islam cepat berkembang di Indonesia.
B. Jalur yang
Digunakan oleh Para Tokoh Penyebar Agama Islam di Indonesia
Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan
bangsawan dan rakyat umumnya dilakukan secara damai. Menurut Uka
Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permualaan, saluran islamisasi adalah
perdagangan. Pedagang-pedagang yang menjadi pembawa dan penyebar Islam ke
Indonesi, berdagang sambil berdakwah. Mungkin pula dalam perdagangannya itu,
mereka disertai oleh beberapa orang muballigh yang pekerjaannya lebih khusus
untuk mengajarkan agama. Salauran melalui perdagangan ini sangat menguntungkan
karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan
mereka menjadi pemilik kapal dan saham.[6] Mengutip pendapat Tome Pires berkenaan dengan
saluran Islamisai melalui perdagangan ini, dipesisir pulau jawa, Uka
Tjandrasasmita, menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim
dipesisir pulau jawa yang saat itu penduduknya masih kafir. Mereka berhasil
mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga
jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak muslim itu menjadi orang
jawa dan kaya-kaya. Dibeberapa tempat penguasa-penguasa Jawa, yang menjabat
sebagai bupati-bupati Majapahit yang ditempatkan dipesisir utara
Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena factor politik dalam negeri
yang goyah, tetapi terutama karena factor hubungan ekonomi dengan
pedagang-pedagang muslim. Dalam perkembangan selanjutnya, mereka kemudian
mengambil alih perdagangan dan kekuasaan ditempat-tempat tinggalnya.
2. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki
status social yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama purti-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar
– saudagar itu. Sebelum kawin, mereka di islamkan terlebih dahulu. Setelah
mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul
kampong – kampung, daerah – daerah dan kerajaan – kerajaan muslim. Dalam
perkembangn berikutnya, adapula wanita muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara
saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena
raja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi.
Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmad atau Sunan ampel dan Nyai Manila,
Sunan Gunung Jati dan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa yang
menurunkan Raden Patah ( Raja pertama Demak).[7]
3. Saluran Tasawuf
Dalam proses islamisasi, Islam tidak langsung secara
merata diterima oleh lapisan bawah masyarakat. Jelas bahwa Islam pada awal
masuk kewilayah Nusantara, khususnya di Indonesia, nuansa tasawuf sangat
dominan. Hal tersebut dapat dimaklumi bahwa kondisi Indonesia ketika Islam
datang factor Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha juga sangat dominan
dipercayai oleh masyarakat. Dalam paham-paham kepercayaan dan agama tersebut
nuansa mistik sangat kuat melekat pada pemeluk kepercayaan tersebut. Oleh
karena itu menjadi lebih mudah diterima masyarakat Indonesia, masuknya Islam
dengan warna tasawuf yang lebih menekan faham-faham mistik yang ketika itu
menjadi “tren” masyarakat Indonesia.[8]
Pengajar – pengajar
tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal – soal
magis dan mempunyai kekuatan – kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga
yang mengawini putri – putri bangsawan. Dengan tasawuf, bentuk Islam yang
diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah
dimengerti dan diterima. Di antara ahli – ahli tasawuf yang memberikan ajaran
yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra islam itu adalah
Hamzah Fansuri di aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik
pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru – guru agama, kyai –
kyai, dan ulama – ulama. Di pesantren itu calon ulama, guru agama dan kyai
mendapat pendidikan agama. Setelah mereka keluar dari pesantren, mereka pulang
ke kampung masing – masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan islam.
Misalnya, pesantren yang di dirikan oleh Raden Rahmad di Ampel Denta Surabaya,
dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini, banyak yang diundang ke
Maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling
terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang
paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah
pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita
mahabarata dan Ramayana, tetapi didalam cerita itu di sisipkan ajaran dan nama
– nama pahlawan Islam. Kesenian lain juga di jadikan media Islamisasi, seperti
sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni arsitektur, dan seni ukir.
6. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat
masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik
Raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di
Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik,
kerajaan kerajaan Islam memerangi kerajaan – kerajaan non Islam. Kemenangan
kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu
masuk Islam.[9]
Begitulah Islam cepat berkembang dan menyebar di bumi Indonesia ini, melalui jalur-jalur yang
disebutkan di atas, yang di bawa oleh para pedagang, raja dan para sunan.
IV.
ANALISIS
Datangnya
agama Islam ke Nusantara yang di bawa oleh
para saudagar dan disebarkan oleh para ulama’ walisanga, ternyata
tidak hanya menimbulkan perubahan pada kehidupan keagamaan penduduk di
kepulauan ini, dari beragama tradisional
kepada beragama Islam, tetapi juga menyebabkan timbulnya perubahan
pelbagai pranata kehidupan social politik. Sebelum datangnya
Islam, Nusantara telah terdapat lembaga pemerintahan yang pada umumnya dikuasai
oleh raja-raja Hindu-Budha.
Di antara
keistimewaan Agama Islam ialah tidak
pernah memaksa seseorang untuk masuk ke dalamnya dan Islam sendiri tidak
mengenal dengan yang namanya kasta seperti halnya dalam agama Hindu. Dalam berdakwah, para Muballig
itu menggunakan jalur-jalur tradisi yang sudah dikenal
oleh orang-orang Indonesia kuno. Yakni dengan melekatkan nilai-nilai Islam pada
praktek dan kebiasaan tradisi setempat. Sehingga tampak bahwa ajaran Islam
sangat luwes, mudah dan memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa.
Hal ini menjadikan
mudahnya Islam masuk ke Nusantara dan bahkan dengan mudahnya islam dapat
berkembang dengan cepatnya, mungkin akan berbeda lagi ceritanya apabila Islam
sendiri masuk ke Nusantara dengan jalan kekerasan. Penyebaran Islam tetap
berpegang pada pedoman bahwa Islam adalah "Rahmatan LillAlamin" yaitu
Rahmat bagi seluruh alam, (Bagaimana akan dikatakan sebagai Rahmat bagi seluruh
alam jika penyebarannya dilakukan melalui paksaan???).
Dengan adanya pola penyebaran yang sudah dijelaskan diatas, seperti halnya faktor agama, ekonomi, politik dan masih ada juga faktor lainnya yang menyebabkan Islam dengan mudah dapat diterima
oleh masyarakat Indonesia. Sebab dengan proses penyebaran yang kultural ini,
Islam mampu berkembang dengan pesat dan bahkan, bagi masyarakat pesisir, Islam
adalah bagian dari kehidupan mereka yang tak terpisahkan. Inilah sebabnya,
mengapa masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang berkomitmen kuat
terhadap agama Islam. Coba saja kita lihat disisi jalan pantura, dengan
banyaknya masjid yang berdiri kokoh dipinggiran jalan adalah bukti dari faktor
perdagangan dalam menyapaikan agama islam di wilayah pesisir laut jawa. Dengan demikian, sepertinya perkembangan
wajah Islam di negeri ini sama sekali berbeda dengan perkembangan Islam di
wilayah-wilayah lain. Perbedaan ini menyangkut karakteristik dan cirikhas wajah
Islam Indonesia yang tidak dijumpai pada wajah Islam manapun, termasuk di Timur
Tengah. Tentu
saja, karakteristik
yang dimiliki oleh Islam Indonesia ini memunculkan pelbagai pertanyaan
menyangkut kemungkinan persenyawaan Islam dengan budaya setempat, sehingga menjadikan wajah Islam
Indonesia berbeda dengan wajah Islam lainnya.
V.
KESIMPULAN
Jadi ada beberapa hal
yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil
Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, menyatakan
bahwa ada tiga factor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia,
yaitu sebagai berikut: Pertama adalah faktor agama, kedua faktor
ekonomi, dan yang ketiga adalah faktor politik.
Dalam buku lain juga di
jelaskan beberapa faktor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di
Indonesia, yaitu: syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah, Agama Islam
tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan kasta. Penyebaran agama
Islam dilakukan dengan jalan yang relative damai (tanpa melalui kekerasan), sifat
bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat
dengan bangsa lain, upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.
Dalam bukunya Musyrifah
Sunanto juga disebutkan beberapa sebabIslam cepat berkembang di Indonesia,
yaitu: Portabilitas (siap pakai) system keimanan Islam, asosiasi Islam dengan
kekayaan, kejayaan militer, orang muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan, memperkenalkan
tulisan, kepandaian dalam penyembuhan, pengajaran tentang moral.
Adapun jalur-jalur yang
di gunakan dalam menyebarluaskan Islam sehingga dapat berkembang dengan cepat antara lain adalah: jalur perdagangan, jalur perkawinan, jalur tasawuf,
jalur kesenian, jalur politik, dan jalur pendidikan. Hal-hal tersebut lah yang
menjadikan Islam cepat berkembang pesat di bumi kita tercinta ini.
VI.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin....
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: AMZAH, 2009
Azra,Azyumardi,
Renaisans Islam Asia Tenggara, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999
Darsono,
dkk, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2008
Syukur,Fatah, Sejarah Peradaban Islam,
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009
Sunanto,Musyrifah,
Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010
Tohir,Ajid,
Perkembangan Peradaban di Kawasan
Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009
Yatim,Badri, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
[1] Ajid Tohir, Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.291
[3] Darsono, dkk, Tonggak
Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008),
hlm, 7-8
[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah
Peradaban Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm. 18-20
Desain websitenya keren jadi suka deh
BalasHapus